HALLO SULTRA - Teknologi digital yang begitu pesat perkembangannya saat ini, akan mengantar manusia kepada borderless teritori atau teritori tanpa batas.
Dengan kemajuan teknologi digital, ini menjadi kanal penyaluran manajemen persepsi yang bisa menimbulkan ancaman bagi persatuan Bangsa Indonesia.
Hal tersebut dikemukakan Ketua Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) PP Muhammadiyah, Yono Reksoprodjo, dalam seminar Pra Muktamar Muhammadiyah Aisyiyah ke-48.
Baca Juga: Penyanyi Rossa Diperiksa di Bareskrim Polri Terkait Investasi Bodong DNA Pro
Yono menjelaskan bahwa globalisasi akibat teknologi digital lebih ke arah pertukaran informasi. Tidak bisa dipungkiri bahwa, globalisasi akibat dari jaringan internet – teknologi digital juga menimbulkan konflik atau perang.
Mengutip ahli strategi, perang dikategorikan menjadi tiga jenis yakni perang konvensional, perang asimetrik, dan perang hybrid. Yono menyebut bahwa, setidaknya ada lima dimensi perang yang meliputi darat, laut, udara, ruang angkasa, dan informasi.
“Yang unik ini adalah perang informasi, karena ternyata untuk dikaitkan dengan perang, informasi menjadi hal yang sangat-sangat dipentingkan,” ungkapnya.
Baca Juga: Dituduh Sebarkan Berita Bohong Soal DPN Peradi, Hotman Paris Dilaporkan ke Polda Jawa Barat
Dalam keadaan perang atau normal, informasi biasa digunakan untuk membangun persepsi. Manajemen persepsi digunakan untuk melakukan intervensi kepada kelompok masyarakat agar berlaku sesuai kehendak pembuat ‘meme’.
Dalam konteks Indonesia, menurut Yono intervensi kepada masyarakat Indonesia lebih mudah, karena lebih emosional. Mengantisipasi hal itu, Yono menyebut bahwa local wisdom di Indonesia sebagai basis pertahanan terhadap ancaman persepsi ini.
Artikel Terkait
Peringati 67 Tahun Konferensi Asia Afrika, 109 Bendera Dikibarkan Selama Sepekan
Kejagung Tetapkan Dirjen Perdagangan Luar Negeri Jadi Tersangka Kasus Ekspor Minyak Goreng
15 Quotes Hari Kartini Dalam Bahasa Indonesia dan Inggris
Mengenal Sejarah RA Kartini Pahlawan Nasional Indonesia
Mahasiswa dan Buruh Kembali Demo, Menolak Perpanjangan Masa Jabatan Presiden