HALLO SULTRA - Amerika Serikat (AS) dan NATO aktif mengirim pasokan senjata ke Negara Ukraina. Aksi ini kemudian menjadi sorotan pakar asal Negara China, Wang Yiwei.
Dengan mengirim pasokan senjata ke Ukraina, menurut Wang Yiwei, justru akan memperpanjang masalah invasi Rusia ke Ukraina.
Keterlibatan AS dan NATO yang aktif mengirim bantuan senjata ke Ukraina, hanya akan mempengaruhi kerangka keamanan Eropa dalam jangka panjang.
Baca Juga: Bintangi Klip Tiffany, Rose BLACKPINK Dikira Belum Cukup Umur
Sedangkan Rusia saat ini, dalam pandangan pakar China itu, berupaya mengambil alih Mariupol demi membuat pertahanan yang lebih tebal, di mana kota pelabuhan itu dapat menghalangi Finlandia dan Swedia yang sedang berencana bergabung dengan NATO.
Wang Yiwei, seorang pakar yang juga direktur Institut Urusan Internasional di Universitas Renmin China menyebut AS dan NATO tidak ingin invasi Rusia segera berakhir, sehingga ini alasan kuat mereka tetap mengirim bantuan pasokan senjata untuk Ukraina.
Ini pun terlihat dari pernyataan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, menyebut invasi Rusia di Ukraina akan dapat berlangsung sampai akhir 2022.
Baca Juga: Manchester City dan Liverpool Bersaing Ketat di Puncak Klasemen Liga Inggris
Selain itu, pertempuran yang berlanjut akan membuat AS bebas menjatuhkan sanksi tak terduga lain kepada Rusia hingga mampu menjatuhkan Vladimir Putin.
“AS juga mengambil kesempatan ini untuk menjatuhkan apa yang disebut otonomi dan kemerdekaan Eropa dan merusak kepercayaan strategis antara China dan Rusia," tutur Wang Yiwei.
"Dengan semua masalah dalam urusan domestik AS, ia harus terus mengalihkan perhatian dan menciptakan perang untuk membuat momentum, terutama untuk Pemilu nanti," ujar Yiwei, dikutip dari laman Pikiran-Rakyat.com pada Senin, 18 April 2022.
Baca Juga: Naik Rp5.000, Harga Emas Antam Hari Ini, Senin 18 April 2022 Jadi Rp1.010.000 per Gram
Sementara itu, tentara Ukraina yang tersisa di Mariupol diklaim menolak ultimatum Rusia untuk mereka menyerah dan meletakkan senjata.
Ini disampaikan Perdana Menteri Ukraina, Denys Shmyhal, bahwa tentara yang tersisa di Mariupol memilih tetap bertempur, alih-alih menyatakan menyerah.
"Kota ini masih belum jatuh," kata Denys Shmyhal kepada program ABC.***
Artikel Terkait
20 Tahun Komunitas Gamelan Bali Bertahan di Negara Bagian Montana
KBRI Kuala Lumpur Fasilitas Pemulangan 8 Orang Pekerja Migran Indonesia
Rusia Menduga Pasukan Ukraina Membunuh Rakyatnya Sendiri Sebab Minta Tinggalkan Chernigov
Selama 8 Hari, Kasus Covid-19 di Shanghai China di Atas 10 Ribu
Rusia Ancam Kerahkan Senjata Nuklir, Bila Swedia dan Finlandia Gabung NATO